Menulis Jangan Cuma Mengandalkan Perasaan, Tapi Juga Harus Riset
|
Menulis tidak cukup melibatkan perasaan semata. Tapi juga butuh riset. Tidak sebatas buku non-fiksi saja yang butuh riset, tapi buku fiksi juga butuh riset. Kalau kamu mengikuti perkembangan Dewi Lestari dalam membuat novel-novelnya, kamu pasti paham bahwa dirinya juga melakukan riset agar memahami dengan sangat baik tokoh yang akan diciptakannya nanti.
Sebagai langkah awal, menulis dengan perasaan itu memang penting. Lagi jatuh cinta pengen nulis tentang cinta. Habis nonton film horor akhirnya kepikiran menulis tentang horor. Penting memang sebagai jangkar agar kamu paham dari awal hingga akhir topik yang sedang kamu tulis adalah tentang perasaanmu. Hanya saja, banyak penulis tidak menyelesaikan tulisannya lantaran perasaan yang terlibat dalam penulisan tidaklah semenarik saat ditulis. Terlalu biasa, terlalu mudah ditebak.
Riset bagi penulis layaknya kamu menambahkan ornamen dalam rumah kamu. Fondasi adalah perasaanmu, riset adalah cara mempercantik rumahmu. Bagi kamu yang malas riset, siap-siaplah tidak akan berkembang menjadi penulis yang baik. Karena kesan orang membaca tulisanmu menjadi nilai paling penting dibandingkan perasaan yang sudah kamu tulisankan itu.
Bagi penulis, riset juga tidak sekedar membaca buku. Bertanya pada orang lain tentang pengalaman cinta mereka bisa juga jadi jalan cerita baru bagi tulisanmu. Menonton drama korea atau serial televisi amerika yang bertopik cinta juga dapat membantumu menemukan konflik-konflik yang tidak mudah ditebak oleh orang lain. Menonton anime, kartun, atau film dari negara lain tentang cinta juga membantumu menemukan ide penyelesaian dari suatu masalah dalam cerita. Semua itu termasuk riset.
Dalam menulis fiksi, cerpen misalnya, saya perlu riset dengan membaca cerpen dari banyak orang. Entah tentang cinta, kasus kriminal, politik, keluarga, dsb. Belum selesai maka saya tambahkan dengan membaca komik dari jepang. Begitu terus hingga saya terbiasa membuat kejutan-kejutan dalam cerita yang saya buat. Tidak mudah ditebak tapi juga tidak lepas dari alur ceritanya. Bahkan tidak jarang saya mencuri beberapa kalimat dari novel-novel tertentu dan saya kembangkan sendiri.
Perasaan memang berperan baik, hanya saja, perkuat dengan riset agar tulisanmu tampak kaya dan padat. Orang tidak lagi berpikir, "Ah, cerita cinta biasa nih" tapi mereka berpikir, "Cerita cinta ini menarik, konfliknya lucu, endingnya tidak disangka-sangka". Karena bagi pembaca manapun, mereka tidak ingin menghabiskan waktu mereka membaca hal-hal yang akhirnya mengecewakan. Jadi risetlah dulu sebelum menulis. Maka kamu akan terkejut tulisanmu benar-benar berkembang ke arah yang lebih baik.
0 comments:
Post a Comment